Aku . . .
Terlahir dari lusuhnya rahim
waktu
Tumbuh bersama buih arogansi
kekuasaan
Hidup bergelimang bongkahan
kemunafikan
Dan tenteram dengan kubangan
Kau . . .
Mengaku lahir dari embun yang
dimuntahkan ruh suci
Tumbuh bersama beningnya aliran
dzikir
Hidup bergelimang riak-riak
ketulusan
Dan tenteram dengan serbuk do’a
Kapan?
Kapan ku bisa hirup udara
keikhlasan
Seperti kota kelahiranmu yang
sangat kau banggakan
Setiap kali mendongeng,
Kau suguhkan kata itu,
“Kudusku . . .”
3/3/12
Post a Comment