Pahitnya kehidupan layaknya segenggam garam yang ditaburkan dalam sebuah
telaga. Tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah
sama, dan memang akan tetap sama.
Kepahitan yang kita rasakan, akan
sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu,
akan
didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Jadi jika
kita merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal
yang bisa kita lakukan. Lapangkan lah dada kita menerima semuanya.
Luaskanlah hati kita untuk menampung setiap kepahitan itu.
Hati kita
adalah wadah itu, perasaan kita adalah tempat itu, qolbu kita adalah
tempat kita menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hati kita itu
seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap
kepahitan itu, kemudian menjadikannya kesegaran dan kebahagiaan.
Kita
memang masih harus banyak belajar, kehidupan ini terlalu luas untuk
kita arungi sendirian. Dunia ini terlalu berat untuk kita tanggung
seorang diri. Mari belajar untuk mencari berkas-berkas cahaya yang
sempat meredup. Jangan biarkan mati. Bagaimana mungkin kita mencari
surga kalau lentera jiwa dalam diri tidak menyala?
Ramadhan 2013
posted by Unknown on Motivasi
Post a Comment