Selagi embun masih menyertai pagi, rasa ku pada mu tak akan
pernah berubah. Jangan kau tanyakan lagi setia ku. Aku tak bisa menjanjikan apa-apa. Bukannya aku
tak bisa, tapi aku tak sanggup. Tak mampu bila suatu saat janji yang aku
ikrarkan kepadamu itu aku ingkari sendiri. Biarlah, ijinkan sang waktu yang kan
menjawab semua keresahan hati mu.
Wajar jika kau pernah meragukan rasa ku ini. Iya, aku anggap
hal yang benar-benar wajar. Bagaimana tidak? Aku tak pernah mengungkapkan rasa
ku pada mu. Tak pernah sekalipun. Aku hanya bilang iya ketika kau menyampaikan
isi hati mu itu pada ku. Dan mulai saat itulah ada sesuatu diantara kau dan
aku. Aku tak menyebutnya sebagai hubungan, tidak, masih sebatas sesuatu. Aku
pun tak menyebut diantara kita, hanya kau dan aku.
Pernah suatu saat pula, kau bertanya padaku tentang apa yang
membuat ku menyayangi mu. Padahal kau bilang diri mu bukan lelaki yang tampan,
tidak kaya, tak pandai pula. Aku tersenyum. Ah kau ini, benar juga dugaanku,
kau masih ragu akan rasa ku padamu. Baiklah, untuk mengobati resahmu itu aku
kan menjawabnya. Karena kau begitu mempesona. Bagi ku mempesona tak harus
tampan, kaya, apalagi pandai.
Dan ku pastikan akan timbul pertanyaan lagi, lalu apa yang
membuat ku terpesona pada mu? Baiklah, aku bersedia menjawabnya lagi. Hei, kau
tau? Hati memang membingungkan. Tapi jangan pernah bingung dibuatnya. Nyatanya
hati ku terpaut juga dengan mu. Apa sih esensi tampan, kaya, dan pandai? Tampan
itu relatif. Orang-orang boleh saja bilang tampan atau nggak, tapi aku tetap
dengan pendirian ku. Toh, tak ada tolok ukur untuk menilai ketampanan
seseorang. Kaya? Itu sih perkara mudah. Kita bisa mencarinya berdua nanti. Apa
yang bisa dibanggakan dari kekayaan saat ini? Paling-paling juga masih milik
orang tua.
Satu lagi, pandai? Tak perlu. Orang yang pintar tak selalu
cakap. Tentu kau bisa memaknai sendiri, apa bedanya pandai dan cakap di segala
bidang. Sudah ya, cukup. Tak ada alasan mengapa aku menyayangimu. Ini masalah
hati. Perasaan yang bicara, bukan aku. Aku mencintai mu tanpa syarat. Namun,
tentu saja tak pernah ku ungkapkan padamu. Biarkan hati mu sendiri yang peka
terhadap perasaan ku. Aku tegaskan sekali lagi, aku mencintaimu tanpa syarat.
Senin, 18 juni 2012
Terbit di buletin Keloepas
"kau bertanya padaku tentang apa yang membuat ku menyayangi mu"
ah aku paling tidak suka ditanya seperti itu. hehe
hihi...
sekedar untuk meyakinkan saja mungkin..
keraguan itu tetap ada lah