Selayaknya hujan yang diakhiri pelangi, aku juga mendamba kebahagiaan yang bertubi-tubi
Pelan-pelan, aku lupa siapa kita
Yang kutahu, tawa itu pernah membahagiakanku
Sedetik kemudian, hal itu sudah menjadi masa lalu
Dan perlu kau tau, aku, dengan segala sajakku, kerapkali menziarahi rindumu
Padahal dulu, aku ingin kita; menjadi cinta yang tak sekedar kata
Menjadi rindu yang selalu menagih temu
Menjadi puisi yang tak pernah mencipta nyeri
Menjadi apapun yang tak pernah sedih
tak pernah perih
juga tak mudah diraih
Maka, tinggallah sebentar dalam kata-kata ini.
Sebab hanya dalam puisi,
dirimu masih kumiliki.
Kudus, Juni 2014.
Post a Comment